April telah tiba. Tahun 2015 pun sudah berlari ¼ perjalanan lebih. Ada yang galau dengan UN, ada yang ragu dengan jabatan baru. Tapi itulah mungkin pahit manis kehidupan. Kita harus mengetahui yang pahit, agar kita bisa mensyukuri yang manis.

Hidup tidak lebih dari serangkaian ujian, seorang sahabat mengingatkan. Dari ujian yang satu ke ujian berikutnya, begitulah kita meniti hari merajut waktu. Hasilnya mungkin kita bisa nikmati semasa hidup kita, mungkin juga dirapel di “sana” setelah kita meninggalkan dunia fana ini. Hidup ini boleh dibilang lebih banyak pahitnya dari pada manisnya. Simaklah kisah para rosul dan sahabat-sahabatnya, atau para kreator di jamannya, mulai dari komposer sampai ke pelukis ternama, dari ilmuwan hingga ke inventor. Jasa jasa mereka itu kadang baru disyukuri oleh yang lain setelah mereka tiada. “Life is unfair, get used to it,” bahkan seorang Bill Gates pun mengatakan demikian.

Ketika kita menghadapi masa-masa sulit menghadapi ujian atau suatu urusan. Seringkali kita memohon dukungan doa kepada kerabat kepada sahabat. Banyak di antara kita memohon doa untuk kemudahan. “Mohon doanya diberi kemudahan,” atau “Mohon doanya agar urusannya lancar,”. Kita kadang lupa kisah-kisah di atas tadi. Bahwa hasil, prestasi, kebahagian atau pencapaian apapun yang berarti yang bernilai itu seringkali berada di tempat yang sulit dijangkau yang harus ditebus dengan berbagai pengorbanan termasuk fisik, mental, tak jarang juga air mata harus berderai bahkan darah harus menetes.

Ketika saya menghadapi masa-masa sulit atau menempuh berbagai ujian, saya selalu memohon doa keluarga dan sahabat untuk saya—bukan untuk urusan atau ujiannya—agar saya diberi kekuatan menghadapi berbagai kesulitan. Sehingga saya menjadi lebih kuat lebih tangguh pada setiap akhir ujian itu.

Begitu juga ketika seseorang meminta saya doa seperti tadi. Saya selalu katakan, “Saya doakan engkau memiliki kekuatan sehingga bisa menghadapi mengatasi ujian itu, walapun sebagaimana sulitnya”. Saya tidak berdoa untuk kemudahan ujiannya atau urusannya. Saya lebih mendoakan orang yang menghadapi ujian itu.

Saya percaya bukan kemudahan yang menempa kita menjadi individu yang kuat sehingga bisa meraih suatu pencapaian yang bernilai, tetapi justru berbagai kesulitan dalam setiap ujian, seperti halnya besi ditempa menjadi baja yang kuat, itu perlu pukulan yang cukup keras dan panas.