Kata Kakek Voltaire, ini adalah yang terbaik dari semua kemungkinan dunia. Kita harus selalu optimis, tegar menjaga bahwa setiap hal adalah yang terbaik, walaupun di awal (mungkin) kita menganggapnya itu yang terburuk.
Saya jadi ingat dulu. Pulang dari Negeri Sakura selesai sekolah, merelakan tawaran izin tinggal tetap, apartemen yang nyaman, gaji yang tinggi dan berbagai kesempatan yang enjoy-able. Saya memilih menunaikan muamalat saya dengan Negara yang telah menyekolahkan saya.
Pulang ke tanah air, kos di Ibukota di kawasan seberang kantor, di sebuah bilik berdinding triplek berjendela ram kawat kandang ayam di lantai 2. Kamar mandi ada di lantai 1, hanya toilet jongkok dan 1 ember berukuran sedang. Setiap pagi pergi dan malam pulang kerja melewati gang sempit diapit comberan bau di kiri dan di kanan. Kalau kebetulan hari hujan dan gang itu banjir, saya kadang harus merayap seperti seorang spideman, melebarkan kedua kaki dan tangan saya berjalan di dinding-dinding rumah orang yang berada di kiri dan kanan gang sempit itu. Comberan bisa saya hindari namun baunya apa daya.
Saya sempat mengutuk. Pilihan buruk apa yang telah saya ambil, menolak tawaran menggiurkan setelah sekolah bertahun dan meraih gelar tinggi. Namun kemudian saya sadar bahwa itu adalah kemurahan Tuhan, yang menyelamatkan saya dari duri, beling atau paku berkarat yang mungkin saya injak di jalan lain yang bagus dan bebas bau. Itu adalah kemurahan Tuhan yang merelakan saya terhindar dari ujian yang mungkin tak sanggup saya pikul.
Saya mempelajari bahwa semua yang terjadi adalah anugerah, kalau saja kita mampu mensyukurinya. Dan semua yang terjadi mungkin kutukan kalau kita hanya menyerapahinya.