Category: Karya Tulis Ilmiah

Hambatan Orang Tua Dalam Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Kelas 2 SD Hikari Tahun Pelajaran 2020-2021

(Karya tulis ini dalam versi yang lebih lengkap tersedia dalam format pdf di tautan ini.)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia. Pendidikan nasional adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional yaitu adanya guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan. Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran, maka guru diharapkan memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia pembelajar (learning person).

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia mengakibatkan seluruh aspek kehidupan sangat terganggu, termasuk diantaranya sektor pendidikan. Pada kondisi ini layanan pendidikan di sekolah dilaksanakan dengan Belajar Dari Rumah (BDR) melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tujuannya untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik yang difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, aktifitas, dan tugas pembelajaran yang bervariasi.

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15, yang dimaksud dengan Pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi dan media lain. Karena pesan disampaikan
melalui media, maka peserta didik diharapkan dapat belajar mandiri. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan belajar dengan tanggung jawab sendiri.

Peserta didik yang mengikuti pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat mengikuti kegiatan belajar di kelas maya selama 5 hari setiap minggunya, bekerjasama dengan peserta didik lainnya dalam mengerjakan tugas, menggunakan teknologi secara baik dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu. Suatu sistem pendidikan jarak jauh secara umum akan sukses apabila di dalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan peserta didik, interaksi antara guru dengan orang tua, dan antara peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Begitu pun dengan SD Swasta Hikari sudah hampir 1 tahun melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR). Pertama kali menerapkan sistem Belajar Dari Rumah (BDR) banyak hambatan yang dihadapi oleh guru terutama di penguasaan teknologi begitu pun dengan siswa dan orang tua yang mendampingi anak belajar dari rumah. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh orang tua selama mendampingi anaknya belajar dari rumah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah hambatan apa saja yang dihadapi oleh orang tua dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di kelas 2 SD Swasta Hikari Tahun Pelajaran 2020-2021.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di kelas 2 SD Swasta Hikari Tahun Pelajaran 2020-2021.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

2.1.1 Pengertian pembelajaran

Secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah yang lebih baik. Suatu pembelajaran akan dikatakan baik dan ideal jika telah mengacu pada sistem yang berlaku. Sistem yang dimaksud adalah kurikulum. Dalam kurikulum telah dipaparkan bagaimana pembelajaran yang baik. Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, pembelajaran adalah suatu interaksi peserta didik dan pendidik dalam sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran tidak bisa lepas dari istilah belajar dan mengajar, karena di dalam pembelajaran terdapat unsur belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan nilai sikap, (W.S Winkel, dalam Darsono, 2000:12).

Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

2.1.2 Tujuan pembelajaran

Hamalik (2003:80) menyatakan, tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan peserta didik. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi peserta didik. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar peserta didik. Rumusan tujuan pembelajaran merupakan penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar jika mereka telah selesai dan berhasil menguasai materi ajar tertentu. Tujuan pembelajaran dalam lingkup besar dianggap sebagai tujuan umum, sedangkan tujuan yang dicapai untuk keahlian khusus dianggap sebagai tujuan khusus. Tujuan pembelajaran khusus acap kali disebut-sebut sebagai tujuan khusus kinerja atau dengan istilah aslinya performance objectives.

2.1.3 Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran

Menurut Hamalik (2011:50), ada lima unsur dinamis dalam proses belajar yaitu:

  1. Motivasi siswa, yakni dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu
  2. Bahan belajar yaitu materi yang dipelajari
  3. Alat bantu belajar yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar
  4. Suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang menunjang belajar
  5. Kondisi subjek belajar, ialah keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar.

2.1.4 Faktor-faktor pembelajaran

Dalam Tsalasa (2007:33) Ahmad Rohani (1995) menjelaskan, pelaksanaan pembelajaran adalah proses realisasi dari perencanaan pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, atau dengan kata lain pelaksanaan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Proses pengajaran itu dilandasi oleh prinsip-prinsip yang fundamental yang akan menentukan apakah pengajaran itu berjalan secara wajar dan berhasil.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diselenggarakan sesuai dengan apa yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran. Situasi pengajaran itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, ada faktor internal atau dari peserta didik sendiri dan faktor eksternal atau dari lingkungan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Peserta didik

Hamalik (2001:99) menjelaskan, murid adalah unsur penentu dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang membutuhkan pengajaran, bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik. Peserta didik yang belajar, karena itu maka Peserta didik yang membutuhkan bimbingan. Sehingga Peserta didik komponen terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar.

b. Faktor Guru/ Tenaga Pengajar

Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar-belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Guru harus mempunyai kompetensi profesional (penguasaan mata pelajaran), pedagogik, kepribadian dan sosial.

c. Faktor Kurikulum

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan kesempatan secara luas bagi peserta didik untuk belajar. Semua proses mengajar atau pengajaran, atau pelajaran senantiasa berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan/sekolah dan kebutuhan masyarakat serta faktor-faktor lainnya (Hamalik 2001:1).

Dari teori tersebut diketahui bahwa, bahan pelajaran sebagai isi kurikulum mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Oleh karena itu, tujuan yang hendak dicapai itu secara khusus menggambarkan perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai peserta didik dalam proses belajar-mengajar.

d. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana dapat berupa gedung, media belajar, bahan ajar atau apa saja yang bisa mendukung terjadinya proses belajar mengajar.

e. Faktor Lingkungan

Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan. Hamalik (2001:101) menyatakan, murid adalah pribadi yang unik, memiliki bakat dan kematangan berkat adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Lingkungan sebagai faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.

2.1.5 Metode Pembelajaran

Menurut Sumiati dan Asra (2009:92) dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan peserta didik untuk belajar proses, bukan hanya belajar terhadap materi yang diberikan.

Sumiati dan Asra (2009:92) menyatakan bahwa belajar terhadap materi pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Oleh karena itu, metode pembelajaran pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Dalam hal ini guru dituntut agar mampu memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat.

Ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi sifat dari tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan untuk memperkaya pengalaman belajar seperti meningkatkan motivasi pelajar, kemampuan pelajar yang tercakup dalam tugas, pengelolaan waktu, pemilihan apa yang harus disampaikan, mengetahui dimana dan bagaimana menerapkan kekuatan guru seefektif mungkin, dan menentukan prioritas yang tepat. Guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut ketika memutuskan metode mana yang akan digunakan. Untuk itu guru perlu memiliki keahlian dan keterampilan untuk menyeimbangkan persyaratan yang satu dengan yang lain. Menurut Hujono (2004:10) penjelasan mengenai faktor-faktor di atas adalah sebagai berikut:

1. Tujuan yang hendak dicapai

Faktor yang hendaknya dikaji oleh guru dalam menetapkan metode mengajar adalah tujuan pembelajaran. Tujuan ini hendaknya dijadikan tumpuan perhatian karena akan memberi arah dalam memperhitungkan efektivitas suatu metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan kerja yang sia-sia, karena tidak akan mencapai suatu keberhasilan.

2. Keadaan peserta didik

Guru dapat menggerakkan peserta didik jika metode yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, baik secara berkelompok maupun secara individual. Guru hendaknya tidak memaksa pelajar untuk bergerak dalam aktivitas belajar menurut acuan metode. Guru hendaknya mahir membangkitkan motivasi peserta didik. Motivasi ini akan tumbuh dan berkembang jika peserta didik merasakan senangnya berprestasi, bertanggung jawab, dan dihargai. Metode yang lunak biasanya lebih berhasil dalam menggairahkan peserta didik daripada metode yang mengandung unsur-unsur pemaksaan. Namun metode yang lunak pun tidak akan berhasil apabila peserta didik tidak biasa dengan metode tersebut.; dengan kata lain, bukan peserta didik untuk metode melainkan metode untuk peserta didik.

3. Bahan pengajaran

Dalam menetapkan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan bahan pengajaran, baik isi, sifat, maupun cakupannya. Guru hendaknya mampu menguraikan bahan pengajaran ke dalam unsur-unsur secara rinci. Unsur-unsur yang telah diuraikan guru dari bahan pengajaran, di satu sisi akan memudahkan pelajar untuk mempelajarinya, di sisi lain dapat memberikan gambaran yang jelas kepada guru untuk menetapkan metode mengajar. Setelah menginventarisasi unsur-unsur bahan pengajaran, guru dapat segera menentukan metode-metode yang mempunyai ciri-ciri yang sesuai dengan bahan pengajaran tersebut, lalu menetapkan satu metode atau beberapa metode yang hendak digunakan dalam mengajar.

4. Situasi belajar mengajar

Situasi belajar mengajar mencakup suasana dan keadaan kelas-kelas yang berdekatan yang mungkin mengganggu jalannya proses belajar mengajar, keadaan pelajar masih bersemangat atau sudah lelah dalam belajar, keadaan cuaca cerah atau hujan, keadaan guru yang sudah lelah atau sedang banyak mengahadapi masalah. Penetapan penerapan metode hendaknya mempertimbangkan situasi belajar mengajar. Dengan memperhatikan situasi belajar mengajar, maka akan diperoleh suatu keberhasilan dalam pembelajaran.

5. Fasilitas Sekolah

Tentu saja memiliki fasilitas. Hanya saja ada sekolah yang memiliki fasilitas lengkap sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar, ada pula sekolah yang hanya memiliki sedikit fasilitas. Guru hendaknya memperhatikan peran fasilitas tersebut dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakan.

6. Guru

Guru dituntut untuk mengenali, menguasai dan terampil menggunakan metode mengajar yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran yang dibebankan kepadanya.
Namun tuntutan itu merupakan tuntutan agar berusaha mengembangkan kepribadiannya. Pada akhirnya, guru harus menyadari sepenuhnya tentang penguasaannya yang lebih baik dalam menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan kepribadiannya. Dengan kata lain, dalam menetapkan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan kepribadian dan penguasaannya terhadap suatu metode.

2.2 Pembelajaran Jarak Jauh

2.2.1 Pengertian pembelajaran jarak jauh

Pada dasarnya pendidikan jarak jauh merupakan metode dimana peserta didik dengan pengajar berada di lokasi yang berbeda, sehingga diperlukan sistem telekomunikasi yang interaktif untuk dapat terhubung satu dengan lainnya. Pada pembelajaran jarak jauh, peran teknologi sangatlah dibutuhkan, mengingat pembelajaran dilakukan secara daring atau online.

Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi dan media lain (UU nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 15).

Pendidikan Jarak Jauh diselenggarakan dalam berbagai pola pembelajaran yang pada dasarnya mengandalkan tersedianya berbagai sumber belajar. Pola pembelajaran ini mencakup penyelenggaraan program pembelajaran melalui pendidikan tertulis atau korespondensi, bahan cetak (modul), radio, audio/ video, TV, bantuan komputer, dan atau multimedia melalui jaringan komputer. Menurut Warsita (2007:16) sistem pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh adalah

  1. Peserta didik belajar mandiri baik secara individual maupun kelompok dengan bantuan minimal dari orang lain,
  2. Materi pembelajaran disampaikan melalui media yang sengaja dirancang untuk belajar mandiri. Saat ini internet sudah dimanfaatkan sebagai media untuk penyampaian materi pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh,
  3. Untuk mengatasi masalah belajar diupayakan komunikasi dua arah antara peserta didik dengan tenaga pengajar atau lembaga penyelenggara. Komunikasi dua arah ini dapat berupa tatap muka maupun komunikasi melalui media elektronik atau sering disebut sebagai tutorial elektronik,
  4. Untuk mengukur hasil belajar secara berkala diadakan evaluasi hasil belajar, baik yang sifatnya mandiri maupun yang diselenggarakan di institusi belajar,
  5. Pada dasarnya peserta pendidikan jarak jauh dituntut untuk belajar mandiri, belajar dengan kemauan dan inisiatif sendiri, peserta didik harus dapat mengatur dan mendisiplinkan diri dalam belajar agar dapat beradaptasi.

2.2.2 Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh

Menurut DIKTI (2011), panduan PJJ secara umum, pendidikan jarak jauh memiliki prinsip yang mencakup antara lain:

  1. Akses, yakni terkait dengan keinginan untuk memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi, bersifat massal, ekonomis, serta meminimalkan kendala jarak dan waktu.
  2. Pemerataan yang merujuk kepada asas keadilan dan persamaan hak bagi siapa saja untuk mengenyam pendidikan tanpa dibatasi oleh berbagai kendala.
  3. Kualitas, yaitu berkenaan dengan jaminan standar pengajar, materi bahan ajar dan ujian, dan proses pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

2.2.3 Karakteristik pembelajaran jarak jauh

Berdasarkan Kemendikbud (2011) dalam Modul Satuan Pembelajaran Seri Pengembangan Bahan Belajar Mandiri menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh memiliki beberapa karakteristik dasar, yaitu:

  1. Pengajar dan peserta didik tidak berada dalam satu ruang yang sama saat proses belajar-mengajar berlangsung.
  2. Penyampaian materi ajar dan proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan media komunikasi dan informasi, sehingga peran teknologi dalam pendidikan sangat penting saat PJJ.
  3. Menekankan pada cara belajar mandiri namun ada lembaga yang mengaturnya. Meskipun terdapat lembaga yang mengatur, pembelajaran jarak jauh membebaskan guru untuk belajar lebih mandiri. Hal ini juga sesuai dengan arti Merdeka Belajar dari Nadiem Anwar Makarim, yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
  4. Keterbatasan pada pertemuan tatap muka. Biasanya pertemuan tatap muka dilakukan secara periodik antara peserta didik dengan pengajar atau tutor.
  5. Fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain masing-masing peserta didik dapat mengatur waktu belajarnya sendiri sesuai dengan ketersediaan waktu dan kesiapannya.

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan pembelajaran jarak jauh

a) Kelebihan pembelajaran jarak jauh

Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) saat ini mulai banyak diminati orang karena memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Untuk peserta didik

Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru, teman maupun dengan bahan belajarnya tanpa harus dibatasi jarak dan waktu, peserta didik dapat berkomunikasi dengan gurunya melalui Aplikasi Whatsapp, Google Classroom, Aplikasi Zoom, dan Google Meet. Apabila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif.

2) Untuk pendidik

Pendidik dapat mengontrol aktivitas belajar peserta didik melalui Aplikasi Whatsapp, Google Classroom, Aplikasi Zoom, dan Google Meet. Pendidik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal, sehingga dapat berdiskusi dengan peserta didik.

3) Proses pembelajaran

Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas Aplikasi Whatsapp, Google Classroom, Aplikasi Zoom, dan Google Meet kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat menyajikan pelajaran dengan cara yang menarik.

b) Kekurangan pembelajaran jarak jauh

Walaupun demikian pemanfaatan berbagai aplikasi untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya:

1) Untuk peserta didik

Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal, mudah bosan dan kurang fokus.

2) Untuk pendidik

Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (Information and Communication Technologies), kurangnya waktu dan tenaga untuk mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.

3) Proses pembelajaran

Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antar peserta didik itu sendiri bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar, kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial, proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada Pendidikan, tidak semua tempat tersedia fasilitas internet, kurangnya tenaga untuk mengetahui dan memiliki keterampilan internet, dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur atau cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Menurut (Resseffendi, 2010:33) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket dan sebagainya kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis atau menjawab suatu pertanyaan. Melalui penelitian deskriptif ini peneliti akan memaparkan yang sebenarnya terjadi mengenai keadaan sekarang ini yang sedang diteliti.

Sugiyono (2017:2) mengatakan bahwa, metode penelitian pada dasarnya merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, seperti yang dikemukakan (Sugiyono 2017:8) bahwa metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotensis yang telah ditetapkan.

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Google Form dan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dalam melaksanakan langkah-langkah penelitiannya untuk mendapatkan data secara lengkap, terarah dan tepat dalam waktu yang efisien.

Dalam hal ini peneliti menganalisis Hambatan Orang tua Dalam Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Di Kelas 2 SD Swasta Hikari Tahun Pelajaran 2020-2021.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai pada Bulan Maret 2021. Lokasi penelitian di SD Swasta Hikari.

3.3 Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua peserta didik kelas 2 SD Swasta Hikari sebanyak 64 orang. Alasan pemilihan subjek pada penelitian ini adalah karena peserta didik kelas 2 ini adalah masa peralihan yang sebelumnya pernah melaksanakan tatap muka selama 9 bulan kemudian di bulan-bulan selanjutnya harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Orang tua peserta didik dituntut untuk mendampingi anak belajar dirumah pada masa pandemi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan google formulir kepada orang tua peserta didik kelas 2 SD Swasta Hikari Tahun Pelajaran 2020-2021.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 2 di SD Swasta Hikari sebanyak 64 orang yang terdiri dari 28 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. Adapun orang tua yang berpartisipasi mengisi google form di kelas 2 ini adalah sebanyak 50 orang dari 64 orang.

Berikut data pekerjaan orang tua peserta didik kelas 2 SD Swasta Hikari.

Tabel 1. Pekerjaan orang tua peserta didik kelas 2.

No. Jenis PekerjaanAyahIbu
1.PNS53
2.Karyawan Swasta4421
3.Wirausaha31
4.Wiraswasta82
5.Buruh1
6.Pedagang Kecil3
7.Lainnya132
8.Tidak Bekerja
9.Sudah Meninggal2
JUMLAH6464

Daftar kuesioner yang diberikan dalam penelitian ini dapat dilihat di file pdf tulisan ini di sini.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil angket, manajemen pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Kelas 2 SD Swasta Hikari di nilai baik bahkan sangat baik oleh orang tua, terlihat dari respon terhadap kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) terstruktur, terjadwal, dan terkoordinasi dengan baik. Begitu pun dengan respon guru di dalam memberikan informasi kepada orang tua sangat baik. Kualitas materi/bahan ajar/pengajaran yang disajikan oleh wali kelas dan guru mapel sangat baik.

Dari 100% peserta didik kelas 2 SD Swasta Hikari yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini ada 50% peserta didik yang didampingi oleh orang tua, dan 50% peserta didik yang tidak didampingi orang tua. Alasan orang tua tidak dapat mendampingi anak dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini adalah bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah sebanyak 14 orang (56%), memiliki anak yang usia nya lebih muda dan membutuhkan pendampingan sebanyak 6 orang (24%), bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah dan memiliki anak yang usia nya lebih muda dan membutuhkan pendampingan sebanyak 2 orang (8%), bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah dan anak keberatan jika didampingi sebanyak 2 orang (8%), dan anak keberatan jika didampingi sebanyak 1 orang (4%).

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan di kelas 2 SD Swasta Hikari ini ada 46% peserta didik mengeluhkan. Hal-hal yang menjadi keluhan dari orang tua tersebut adalah karena tugas yang diberikan terlalu banyak dan mengalami kendala teknis sebanyak 3 orang (13.04%), kesulitan dalam memahami materi dan terkendala dalam masalah teknis sebanyak 4 orang (17,39%), kesulitan memahami materi sebanyak 3 orang (13,04%), mengalami kendala teknis saja sebanyak 6 orang (26,08%), tugas/pembelajaran dilakukan di luar jam KBM sebanyak 1 orang (4,35%), anak mulai merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebanyak 2 orang (8,69%), mengalami kesulitan memahami materi, tugas yang diberikan terlalu banyak dan mengalami gangguan teknis sebanyak 4 orang (17,39%).

Karena pembelajaran dilaksanakan dari rumah dan belum bisa tatap muka langsung dengan guru, maka orang tua atau wali yang berada di rumah akan menjadi pembimbing anak untuk dapat memahami materi dengan baik. Memang akan sangat berbeda sekali antara anak belajar secara tatap muka dan belajar secara online (daring). Tugas kita sebagai orang tua harus memastikan bahwa ilmu yang disampaikan oleh guru secara online baik itu melalui Virtual Zoom, Google Meet, Google Classroom atau yang lainnya dapat diterima oleh anak, jangan sampai ketika pandemi seperti sekarang ini anak malah tidak belajar atau bahkan tidak melanjutkan sekolah karena kendala tidak bisa tatap muka langsung dengan guru.

Selama mendampingi anak dalam pembelajaran daring tidak dapat dipungkiri banyak anak dan orang tua yang mengeluhkan pembelajaran daring ini. Para orang tua yang tadinya mempercayakan pendidikan anak kepada guru di sekolah, tiba-tiba harus berperan menjadi guru dan mendamping anak di rumah. Orang tua yang gaptek tiba-tiba harus beradaptasi dengan berbagai aplikasi digital yang belum pernah dikenal sebelumnya. Maka, wajar jika orang tua yang bingung, lelah, capek, emosional hingga sampai “darah tinggi”.

Penyebab orang tua merasa sulit mendampingi anak dalam pembelajaran daring ini, adalah:

1. Perubahan rutinitas

Sebagian besar dari orang tua adalah pekerja yang mempunyai aktivitas di luar rumah. Dengan adanya pandemi menuntut orang tua untuk tetap berada di rumah, melakukan semua pekerjaan di rumah, membatasi untuk tidak keluar dari rumah kecuali untuk keperluan yang mendesak. Perubahan rutinitas ini mungkin membuat emosi orang tua menjadi tidak stabil.

Misalnya, orang tua yang tadinya bekerja di kantor dapat menyelesaikan pekerjaan kantor dengan tenang dan tepat, tidak ada yang mengganggu sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Karena pandemi, anak harus yang belajar di rumah, orang tua harus membantu dan mendampingi anak belajar di rumah. Hal ini akhirnya menyebabkan emosi orang tua tidak stabil.

Seringkali kurang sabar dan tidak paham dalam melakukan pendampingan kepada anak ketika belajar daring membuat emosi meningkat, anak yang banyak alasan ini dan itu sehingga tidak mau mengikuti pelajaran daring dan tidak mau mengerjakan tugas. Bahkan bisa saja orang tua mengambil alih tugas anak, orang tua yang mengerjakan tugas anak agar cepat selesai. Hal ini dapat menyebabkan gagalnya kegiatan belajar anak di rumah.

Diharapkan orang tua siap secara sosial dan emosional untuk mendampingi dan memotivasi anak dalam belajar daring, membuat perencanaan demi membantu anak belajar di rumah contohnya ketika waktunya belajar daring orang tua menunda rutinitas lain terlebih dahulu untuk mendampingi anak dalam belajar. Setelah selesai belajar baru aktifitas yang lain dapat dilanjutkan kembali.

2. Kesulitan beradaptasi dengan teknologi

Salah satu hambatan orang tua sulit mendampingi anak saat belajar daring adalah keterbatasan orang tua dalam memahami fitur-fitur teknologi. Adaptasi teknologi sangat penting mengingat selama pandemi seperti sekarang ini banyak tugas sekolah dan kegiatan-kegiatan sekolah dilakukan melalui gawai.

Keterbatasan orang tua dalam mengajarkan materi kepada anak.

Pemahaman materi yang luas yang dimiliki oleh orang tua sangat bermanfaat dalam membantu anak belajar di rumah. Pembelajaran tidak bisa maksimal jika orang tua
belum sepenuhnya memahami materi yang diberikan oleh guru untuk diajarkan kepada anak.

4. Kesulitan orang tua untuk menumbuhkan minat belajar anak

Menumbuhkan minat belajar anak juga menjadi kendala yang dirasakan oleh orang tua selama mendampingi anak belajar dirumah di masa pandemi Covid-19. Dalam proses pembelajaran di rumah, pastilah anak mengalami kecemasan, stress, sedih, bosan, jenuh, dan perasaan lainnya sehingga menurunkan minat belajar anak.

Selama pembelajaran di rumah masih banyak anak-anak yang harus diingatkan oleh orang tuanya ketika pembelajaran daring akan berlangsung, buku-buku pelajaran dan alat tulis yang masih harus disiapkan oleh orang tua, dan anak belum ada kemandirian untuk mempersiapkan semuanya.

5. Kurang lancarnya komunikasi orang tua dengan guru.

Bisa jadi orang tua kurang memperhatikan arahan yang disampaikan oleh guru atau sekolah mengenai arahan dalam proses pembelajaran, sehingga ketika anak harus mulai belajar dari rumah dan orang tua harus mendampingi anak dan menggantikan guru, orang tua panik dan merasa tertekan. Orang tua bingung harus seperti apa agar ketika waktunya belajar anak duduk manis dan mengerjakan tugas dengan baik.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini:

1. Orang tua perlu mengelola emosi

Orang tua dan anak harus sama-sama belajar mengelola emosi. Terutama bagi orang tua yang tidak dapat mengelola emosi dengan baik dapat berakibat pada buruknya hubungan orang tua dan anak. Emosi orang tua yang tidak dikelola dengan baik akan membuat kita lepas kendali. Hal-hal buruk pun bisa terjadi seperti mengeluarkan kata-kata kasar yang akan berpengaruh pada psikologis anak. Disisi lain orang tua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak tentang bagaimana mengelola emosi dengan baik.

Mengelola emosi dapat dilakukan orang tua sebelum berinteraksi dengan anak atau ketika sedang berinteraksi yang menguras emosi. Orang tua dihimbau untuk berhenti sejenak, melepaskan stress dengan cara sederhana seperti tarik nafas terlebih dahulu, jalan ke luar rumah sebentar, atau bahkan mencuci muka.

2. Orang tua ikut belajar

Orang tua sebagai pengawas anak sekaligus teman saat belajar di rumah, orang tua dalam ikut mempelajari materi yang disampaikan oleh guru dan mempelajari materi yang ada di dalam buku yang sudah diterima oleh anak. Dengan demikian, orang tua dapat memberikan masukan dan arahan atau bahkan membantu menerangkan materi yang sulit dipahami kepada anak

3. Orang tua belajar memahami teknologi

Orang tua dapat lebih aktif untuk mempelajari fitur-fitur atau aplikasi apa saja yang digunakan ketika proses pembelajaran. Atau jika anak sudah lebih jauh memahami tentang gawai tersebut orang tua dan anak bisa belajar bersama sama memahami fitur-fitur yang ada.

4. Berkonsultasi dengan guru

Ketika menghadapi masalah dalam melaksanakan PJJ, jangan pernah takut atau malu untuk berkonsultasi dengan guru. Terkait kurangnya pemahaman materi oleh orang tua bisa diatasi atau diminimalisir dengan adanya komunikasi antara orang tua dan guru, supaya guru bisa memberikan alternatif lain kepada orang tua dalam menyelsaikan tugas yang diberikan.

5. Membuat perencanaan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ)

Strategi yang mungkin dapat orang tua terapkan adalah berikan kesempatan kepada anak agar dapat mengatur dan merencanakan proses belajarnya sendiri setiap hari di rumah, orang tua dapat berdiskusi dan mengarahkan kapan waktu belajar dan kapan waktu bermain. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengerjakan tugas sendiri. Apabila tugas yang dikerjakan sulit maka orang tua juga harus mempersiapkan petunjuk yang dapat dijadikan acuan untuk anak.

6. Kenali karakter dan potensi anak

Orang tua dapat menjadikan kesempatan untuk mengetahui lebih jauh mengenal bagaiamana anak belajar atau orang tua bisa memanfaatkan untuk mengenali karakter anak dalam proses belajar. Setelah mengetahui karakter anak dalam proses belajarnya seperti apa, orang tua dapat mengkomunikasikannya kepada guru agar sama-sama mencari solusi yang terbaik untuk perkembangan anak kedepannya.

Dukungan dari orang tua atau wali murid sangat penting demi keberlangsungan pembelajaran secara daring. Berikut adalah peran orang tua di rumah dalam mendampingi anak dalam belajar daring:

1. Pastikan anak belajar daring dengan aman dan nyaman

Walaupun hanya belajar di rumah, orang tua hendaknya mampu mengupayakan agar anak-anaknya tetap menjalankan rutinitas harian yang sama ketika belajar di sekolah. Seperti tetap bangun pagi, menciptakan situasi atau suasana di rumah seperti situasi belajar di sekolah. Pastikan anak-anak terhindar dari gangguan-gangguan yang dapat mempengaruhi konsentrasi dalam belajar.

2. Berpastisipasi memberikan semangat dan motivasi untuk belajar secara Daring

Bentuk partisipasi orang tua dalam pembelajaran daring ini sebenarnya adalah membantu peran guru di sekolah. Peran orang tua adalah menjadi orang tua yang memotivasi dalam segala hal. Anak cenderung mudah bosan dan tidak bersemangat, oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus selalu memberikan semangat dan motivasi dan berdoa bersama agar pandemi segera berlalu.

3. Hubungi guru jika mengalami kesulitan

Dalam belajar daring orang tua berperan sebagai guru yang ikut menyampaikan materi kepada anak. Jika mengalami kendala dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak, orang tua dapat menghubungi guru agar secara bersama sama dapat didiskusikan solusi yang terbaik demi keberhasilan anak kedepannya.

BAB 5 KESIMPULAN

5.1.

Hambatan orang tua dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Kelas 2 SD Swasta Hikari dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal berupa manajemen pembelajaran yang dilakukan di SD Swasta Hikari, dan faktor internal berasal dari keluarga peserta didik.

Faktor eksternal seperti manajemen pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan di SD Swasta Hikari dilihat dari pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah terstruktur, terjadwal, dan terkordinasi dengan baik, respon guru di dalam memberikan informasi kepada orang tua sangat baik, kualitas materi atau bahan ajar dinilai baik dan sangat baik oleh orang tua peserta didik.

Faktor internal dari keluarga sehingga tidak dapat mendampingi anak dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di kelas 2 SD Swasta Hikari adalah:

  1. Bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah sebanyak 14 orang (56%),
  2. Memiliki anak yang usia nya lebih muda dan membutuhkan pendampingan sebanyak 6 orang (24%),
  3. Bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah dan memiliki anak yang usia nya lebih muda dan membutuhkan pendampingan sebanyak 2 orang (8%),
  4. Bekerja/ada kesibukan lain di luar atau di rumah dan anak keberatan jika didampingi sebanyak 2 orang (8%),
  5. Anak keberatan jika didampingi sebanyak 1 orang (4%).

Beberapa hal yang dikeluhkan orangtua peserta didik mengenai pembelajaran jarak jauh (PJJ) Kelas 2 SD Swasta Hikari, adalah

  1. Mengalami kendala teknis saja sebanyak 6 orang (26,08%),
  2. Kesulitan dalam memahami materi dan terkendala dalam masalah teknis sebanyak 4 orang (17,39%),
  3. Mengalami kesulitan memahami materi, tugas yang diberikan terlalu banyak dan mengalami gangguan teknis sebanyak 4 orang (17,39%).
  4. Kesulitan memahami materi sebanyak 3 orang (13,04%),
  5. Karena tugas yang diberikan terlalu banyak dan mengalami kendala teknis sebanyak 3 orang (13.04%),
  6. Anak mulai merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebanyak 2 orang (8,69%),
  7. Tugas/pembelajaran dilakukan di luar jam KBM sebanyak 1 orang (4,35%),

5.2 Saran

Di era digital abad 21 seperti sekarang ini, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa dielakkan lagi. Setiap individu seolah-olah dituntut untuk menguasai keduanya agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman. Dukungan orang tua juga sangat penting terkait pemenuhan fasilitas dalam melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), seperti kepemilikan gawai, ketersediaan paket internet serta orang tua perlu menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam kegiatan pembelajaran.

Beberapa hambatan tersebut bermuara pada kesulitan peserta didik dan orang tua untuk mengikuti dinamika pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan sekolah. Puncak dari lahirnya keluhan tersebut, mereka mendesak sekolah dan pemerintah agar segera membuka pelaksanaan pembelajaran tatap muka langsung.

Namun, karena situasi belum memungkinkan, sebagian sekolah masih tetap diharuskan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untuk menyikapi berbagai hambatan tersebut langkah yang dapat dilakukan sekolah adalah mempererat intensitas komunikasi dengan setiap orang tua peserta didik, sehingga akan terbangun pemahaman komprehensif tentang bimbingan dan pendampingan orang tua peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Perss.
  2. DIKTI. (2011). Panduan PJJ
  3. Hamalik, Oemar.2001. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  4. Hujono. 2004. Pembelajaran Quantum Learning. Bandung: Aglesindo.
  5. Heriyanto, H. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data Untuk Penelitian Kualitatif. Anuva, https://doi.org/10.14710/anuva.2.3.317-324
  6. Kemdikbud. (2011). Modul Satuan Pembelajaran Seri Pengembangan Bahan Belajar Mandiri.
  7. Nawawi, H. (2003). Manajemen SDM Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  8. Resseffendi. (2010). Metode Penelitian. NASPA Journal, 33, 26–36.
  9. Subarto. (2020). Momentum Keluarga Mengembangkan Kemampuan Belajar Peserta Didik Di Tengah Wabah Pandemi Covid-19. Universitas Pamulang, DOI: 10.15408/41i.15838.
  10. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.
  11. Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
  12. Tsalasa, Ahmad Nashir. Pembelajaran Bertaraf Internasional di SMA Semesta Bilingual Boarding School Gunungpati Semarang (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Hasil Belajar). Skripsi, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
  13. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
  14. Warsita. 2007. ”Peranan TIK Dalam penyelenggaraan PJJ”. Jurnal Teknodik. April 2007. Nomor 20: 9 – 41. Jakarta: Pustekkom depdiknas.

Evaluasi Hasil Belajar Anak Dengan Tes Menggunakan Aplikasi google form dan Tes Manual secara Online di Kelas 5 (Studi Kasus di kelas 5B)

(Karya tulis ini dalam versi yang lebih lengkap tersedia dalam format pdf di tautan ini.)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya pandemi memacu penggunaan teknologi digital di berbagai bidang begitupun di bidang pendidikan. Berbagai kemudahan didapat dari teknologi ini, baik oleh peserta didik maupun oleh tenaga pendidik. Proses belajar mengajar di era pandemi ini, dilakukan secara daring. Guru mengajar dengan memanfaatkan teknologi melalui penggunaan applikasi zoom, google meet, classroom, dan google form. Teknologi menjadi penolong media pembelajaran di era pandemi ini.

Applikasi google form dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Menurut Brinkerhoff (1986) dalam Haryanto (2020), bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Penggunaan applikasi google form di masa pandemi ini memudahkan guru dalam mengelola nilai peserta didik.

Pasal 57 ayat 2 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, menyebutkan evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang dan satuan dan jenis pendidikan. Evaluasi pembelajaran merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar.

Evaluasi di SD Hikari telah menggunakan applikasi google form semenjak pandemi melanda. Penggunaan applikasi google form menurut Sesana (2020), sangat efektif digunakan dalam pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT), sebesar 70,26% peserta didik suka menggunakan applikasi google Form.

Evaluasi dengan cara tes manual secara online mulai dilakukan ketika ujian sekolah kelas 6 di tahun 2020, soal dibuat dalam bentuk power point, melalui zoom peserta didik diberi waktu mengerjakan setiap soalnya selama 3 menit, jawaban ditulis di buku tulis dan kemudian di kirim ke google classroom. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran ketidakjujuran dari siswa saat mengerjakan ujian dengan menggunakan applikasi google form.

Mulai di tahun pelajaran 2020/2021 evaluasi pembelajaran dengan cara ini diberlakukan saat PTS semester ganjil. Di kelas 5B di ulangan harian tema 1 dan 2 masih menggunakan applikasi google form dan mulai ulangan harian tema 3 dan di PTSdilakukan uji coba dengan menggunakan cara manual. Berdasarkan ke dua cara evaluasi di atas, Apakah ada pengaruhnya terhadap nilai anak, apakah ada kenaikan atau kah penurunan? Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang pengaruh hasil belajar anak dengan menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B.

1.2. Identisikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut sejauhmana pengaruh evaluasi hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B SD Hikari. Yang dimaksud dengan tes manual secara online adalah tes yang dilakukan yang mana soal dibacakan langsung oleh guru dalam bentuk power point melalui zoom, kemudian peserta didik langsung menuliskan jawabannya di kertas, setelah selesai jawabannya di kirim ke google classroom.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut: adakah pengaruh hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B SD Hikari.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui hasil belajar anak yang dilaksanakan di sekolah.
  2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap hasil belajar anak di sekolah.

Manfaat Penelitian

  1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan proses pembelajaran yang bermutu.
  2. Secara praktis merupakan sumbangan pemikiran bagi guru sekolah, dan pengelola pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Mudjiono (2006) adalah hasil dari interaksi tindak belajar murid dan tindak mengajar yang dilakukan oleh Guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari proses belajar dengan meningkatnya kemampuan. Sedangkan menurut Sudjana, (2010) “bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (2010), menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.

Menurut Slameto (2010) ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor Internal meliputi faktor jasmani, psikologis, kelelahan dan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan menurut syah (2015) ada 3 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu (1) faktor internal meliputi aspek pisiologi yaitu kondisi kesehatan dan aspek psikologis meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi (2) faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial dan (3) faktor pendekatan belajar.

2.2. Evaluasi Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.

Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Dengan kata lain, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. (Ratna wulan, Rusdiana, 2014). Evaluasi itu mencakup pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan tes (testing).

Berdasarkan uraian di atas maka evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, salah satunya dengan melakukan tes.

2.3 Tes

Tes (testing) berasal dari kata Latin testum yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat.

Dalam pandangan secara psikologis ini, Miller, seperti yang dikutip oleh Sukiman (2012), menggambarkannya secara lebih teperinci, yaitu bahwa tes merupakan sebuah instrumen penilaian formal yang digunakan untuk menilai kemampuan kognitif peserta didik dalam suatu mata pelajaran seperti halnya untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang kemampuan psikomotor peserta didik (keterampilan fisik) dan karakteristik afektif (seperti sikap, emosi, minat, dan nilai-nilai). Pada dasarnya tes adalah sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur sebuah sampel perilaku dengan mengajukan seperangkat pertanyaan dalam suatu cara yang seragam (Haryanto, 2020).

Menurut Overton (2011) dalam Haryanto (2020), jika dikaitkan dengan pembelajaran anak didik, tes adalah sebuah metode untuk menentukan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan terhadap suatu keterampilan atau kandungan pengetahuan. Sebagian bisa berupa tes pilihan ganda, atau tes pelafalan. Ketika digunakan secara berkaitan dengan penilaian (assessment), atau bahkan evaluasi, tes bisa dibedakan dengan fakta bahwa sebuah tes adalah satu bentuk dari penilaian (assessment).

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Hikari kelas 5B yang terletak di Kampung Koceak Kelurahan Keranggan kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Profinsi Banten.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di semester ganjil Tahun pelajaran 2021/2022 mulai bulan Juli-September 2021.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5, khususnya kelas 5B dengan jumlah peserta didik 31 orang.

3.4. Metode Penelitian

Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Data primer diambil dari hasil penilaian harian dan penilaian tengah semester tema 1 dan 2. Penilaian harian tema 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan applikasi google form sedangkan penilaian tengah semester ganjil dilakukan dengan tes manual secara online. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber buku dan laporan hasil penelitian. Data diolah dan dianalisa secara deskritif.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk penilaian harian (PH) tema 1 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 mencapai 77%. Di penilaian harian tema 2 peserta didik yang mendapatkan nilai di ≥ 90 hanya mencapai 16%. Untuk nilai rata-rata penilaian harian tema 1 dan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 sebanyak 35%.

Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan nilai rata-rata penilaian harian Tema 1 dan 2. Nilai rata-rata penilaian harian tema 1 mencapai 93,39 sedangkan nilai rata-rata penilaian harian tema 2 mencapai 76.6, nilai penilaian harian tema1 lebih besar dibandingkan dengan penilaian harian tema 2. Hal ini disebabkan pada penilai harian 2 ada 2 soal yang tidak terjawab dengan tepat oleh peserta didik berdasarkan data di google form. Yaitu di no. 1 soal IPA peserta didik yang menjawab dengan tepat hanya 6 orang dari 31 orang dan soal no. 6 untuk soal IPS peserta didik yang menjawab dengan tepat dan hanya 8 orang dari 31 orang.

Gambar 1 Nilai rata-rata penilaian harian (PH).

Gambar 1 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai penilaian harian tema 1 peserta didik lebih baik dibandingkan dengan penilaian harian tema 2. Hal ini disebakan di penilaian harian 2 ada 2 soal yang tidak dijawab dengan tepat oleh peserta didik dengan baik, yaitu di soal no. 1 hanya 19% yang menjawab dengan tepat dan di soal no. 6 26% peserta didik yang menjawab dengan tepat.

Sedangkan untuk penilaian tengah semester tema 1, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 mencapai 52%. Di penilaian tengah semester tema 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 hanya mencapai 55%, terdapat kenaikan nilai sebesar 3%. Untuk nilai rata-rata penilaian harian tema 1 dan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 sebanyak 52%. Jika di lihat dari nilai rata-rata nilai PTS tema 1 mencapai 87 dan nilai rata-rata PTS tema 2 mencapai 91 sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2 Nilai rata-rata penilaian tengah semester (PTS).

Dari hasil penelitian mengenai penilaian harian (PH) dan penilaian tengah semester (PTS), perbandingan nilai rata-rata diperoleh sebagai berikut: nilai rata-rata tema 1, nilai PH lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PTS, sedangkan di tema 2, nilai PTS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PHnya. Hal ini disebabkan nilai hasil belajar anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal anak.

KKM yang diterapkan di sekolah Hikari untuk 5 mata pelajaran dalam tema yaitu IPA, Bahasa Indonesia dan PKN masing-masing adalah 75, sedangkan untuk KKM IPS dan SBDP adalah 70, dari tes tema 1 dan 2 diperoleh nilai rata-rata KKM untuk ke 5 mata pelajaran tersebut berdasarkan KD yang diujikan sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai KKM Berdasarkan Kompetensi Dasar.

Dari Tabel terlihat perolehan nilai rata-rata KKM berdasarkan KD di kelas 5B lebih tinggi dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk ke 5 mata pelajaran. Untuk standar penilaian di Sekolah Hikari dibagi menjadi 4 skala yaitu:

Tabel 2 Standar Nilai.

Berdasarkan kemampuan peserta didik maka dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok dengan kemampuan tinggi, menengah, dan bawah, diperoleh nilai rata-rata untuk nilai PH dan PTS tema 1 dan 2 sebagai berikut:

Tabel 3 Rata-rata Nilai PH dan PTS Tema 1 dan 2 Berdasarkan Kelompok.

Gambar 3 Nilai Rata rata PH dan PTS Tema 1 dan 2 Berdasarkan Kelompok

Gambar di atas memperlihatkan bahwa nilai rata-rata PTS untuk ke 3 kelompok, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PH. Dari tabel dan grafik juga terlihat adanya kenaikan perolehan nilai bagi ke 3 kelompok, hal ini disebabkan peserta didik sudah lebih siap, sudah mempunyai pengalaman dalam mengerjakan soal-soal tema sebelumnya dan juga adanya bentuk pengulangan soal.

4.2 Pembahasan

Dari data yang diperoleh hasil belajar anak dengan menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online tidak memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan hasil belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Menurut Clark dalam Sudjana (2010), yang mana faktor internal 70% sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Hal yang sama diutarakan oleh Slameto (2010) dan Syah (2008) bahwa faktor internal dan eksternal mempengaruhi hasil belajar anak. Faktor Internal, faktor psikologis peserta didik yang meliputi intelegensi, minat, bakat kematangan dan kesiapan mempengaruhi hasil belajar. Begitu pun dengan faktor kondisi kesehatan peserta didik, ketika tes kondisi peserta didik dalam kondisi fit hasil belajar akan maksimal. Begitu pun dengan faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial dan faktor pendekatan belajar, mempengaruhi hasil belajar anak.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Studi kasus mengenai perbandingan evaluasi hasil belajar dengan tes menggunakan google form dan tes manual secara daring telah dilakukan, beberapa simpulan dapat ditarik sebagai berikut:

  • Hasil belajar anak tidak dipengaruhi oleh jenis tes yang digunakan, karena hasil tes dengan tes menggunakan applikasi google form dan dengan tes manual secara online memperlihatkan nilai hasil belajar yang tidak jauh berbeda.
  • Kekhawatiran akan anak tidak jujur dalam mengerjakan tes dengan menggunakan applikasi google form sangat tidak mendasar. Apapun bentuk tes yang dijalani, faktor internal yaitu psikologis dan kesehatan, serta eksternal seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat sangat mempengaruhi nilai hasil belajar anak.

5.2. Saran

Sebaiknya selama pembelajaran daring bentuk tes dengan menggunakan applikasi google form kembali digunakan oleh SD Hikari. Penggunaan applikasi google form memudahkan guru dalam merekap hasil tes siswa dan mempersingkat waktu dalam mengoreksi soal serta menghemat dalam penggunaan kertas.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dimyati, Mudjiono (2006), Belajar dan pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta.
  2. Haryanto (2020), Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan Manajemen), Yogyakarta, UNY Press.
  3. Syah, Muhibbin (2015), Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya.
  4. Sudjana, Nana (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
  5. Sesana (2020), Efektifitas Penggunaan Apllikasi Google Form dalam Pelaksanaan PaT Berbasis Online di SMKN 1 Tembuku Jurnal Balai diklat keagamaan Denpasar Vol. 3.
  6. Sukiman (2012), Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta. Insan Madani.
  7. Slameto (2010), Belajar dan Faktor –Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta Rineka Cipta.
  8. Ratna wulan, Rusdiana, (2015), Evaluasi Pembelajaran, Bandung, Pustaka Setia.

SEMARAK FOUNDATION