Category: Curah Pikir Page 1 of 2

Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu guru di dalam menyampaikan materi mempunyai peran yang sangat penting. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belaja rmengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.
Lingkungan sekitar sekolah, lingkungan masyarakat sekitar sekolah dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Lingkungan sebagai media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan. (Sudjana, 2010).
Menurut Musaada (2021), beberapa keuntungan lingkungan sebagai media pembelajar antara lain:

  1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan dibandingkan dengan hanya duduk di kelas selama berjam-jam, sehingga membuat motivasi belajar siswa akan lebih tinggi
  2. Hakikat belajar akan lebih bermakna dikarenakan siswa dihadapkan langsung dengan keadaan yang sebenarnya yang bersifat alami
  3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat, dsb.
Gambar 1 Cerdas ceria anak-anak Hikari

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran diterapkan di kelas 1 pada tahun 2017. Dalam pembelajaran PLH mengenai sampah. Anak-anak diajak menyusuri jalan di mulai dari lingkungan sekolah sampai di tempat tujuan di Lubana, serpong Lagoon. Melewati jalan yang terdapat sungai kecil, sepanjang perjalanan diskusi dan penyampaian materi diberikan secara ringan kepada anak-anak.

Gambar 2 Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan tema air.

Di tahun 2018 di kelas 2, penerapan lingkungan sebagai media pembelajaran dilakukan kembali masih dalam mata pelajaran PLH tentang air. Kali ini anak-anak diajak berkeliling di kawasan perumahan Citra Prima 2 yang terletak persis di bawah Sekolah. Memperkenalkan sumber-sumber air yang digunakan oleh sekolah dan masyarakat sekitar, pada saat itu masyarakat sekitar sedang kesulitan air bersih bertepatan saat musim kemarau. Anak-anak diajak melihat sumur umum tempat pengambilan air bersih dan bagaimana masyarakat memanfaatkan fasilitas tersebut.

Gambar 3 Pembelajaran tentang uang sebagai alat tukar.

Masih di tahun dan kelas yang sama, di pembelajaran tema tentang uang diterapkan kembali. Untuk lebih memahami tentang uang, belajar mengelola uang dan bertanggung jawab anak-anak diajak berbelanja di Pasar Modern BSD 2. Anak-anak dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, diberi uang belanja dan diberi tugas belanja yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran, membuat pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan, bersifat faktual, dan anak-anak mendapatkan pengalaman secara langsung yang lebih bermakna.
Pembelajaran di luar lingkungan kelas memerlukan perencanaan. Alangkah baiknya anak-anak diajak dilibatkan dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga anak-anak merasa dihargai. Selama berlangsung guru bisa melihat sikap, etika sopan-santun anak-anak ketika berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya dan ketika ada sikap anak-anak yang tidak sesuai dengan norma guru segera meluruskannya.

Daftar Pustaka

  1. Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung. Alumni.
  2. Musaada, Rohmatul 2021, kompasiana, diakses 26.11.2021.
  3. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Jurnal Kelas 1A: Displin Waktu

Ada 18 nilai dalam Pendidikan karakter yang dikembangkan, salah satunya adalah disiplin. Disiplin, mempunyai arti ketaatan/kepatuhan pada peraturan tata tertib (KBBI).   Menurut Suharsimi Arikunto (1980), Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak luar.

Bentuk disiplin yang biasa dilakukan di sekolah adalah ketepatan datang ke sekolah, mengumpulkan tugas, kelengkapan seragam dan atribut dll. Bentuk-bentuk disiplin tersebut masuk ke dalam tata tertib yang berlaku di sekolah pada umumnya. Peraturan sekolah bertujuan untuk ketentraman, keharmonisan di dalam lingkungan sekolah. Demikian pula di Sekolah mempunyai aturan-aturan dan tata tertib. Misalnya, peraturan mengenai penggunaan seragam sekolah, jam belajar dan jam istirahat, dan lain-lain (Maria J Wantah, 2005).

Kedisiplinan siswa ini dapat dicapai dengan jalan melalui pembiaasan. Pembiasaan adalah membiasakan anak untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi (Dimas, 2005). Anis Ibnatul M, dkk (2013) mengatakan bahwa pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Dengan hal yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus maka diharapkan dapat mengubah sikap dan prilaku anak sehingga menjadi pembiasaan.

Pembiasaan disiplin di kelas 1A dikenalkan sambil mengenalkan konsep waktu. Yaitu dengan menyebutkan durasi waktu misalkan 5 menit, ditunjukkan dari jarum jam pendek di angka 7 dan panjang dari angka 1 sampai ke angka 2. Adapun hal-hal yang biasa di lakukan di kelas 1A dalam mengenalkannya diantaranya.

  • Berdoa bersama di depan kelas, 5 menit sebelumnya sudah siap, yaitu di jarum jam pendek di angka 7 dan jarum jam panjangnya menunjukkan ke angka 5 atau di jam 07.25 anak-anak sudah siap berbaris di depan kelas untuk berdoa bersama.
  • Operasi semut di jam istirahat, selama 5 menit, yaitu di mulai dari jarum jam pendek di angka 10 dan jarum jam Panjang di angka 12 (tepat jam 10) sampai di jarum jam panjangnya menunjukkan angka 1, atau dari pukul 10.00-10.05.
  • Istirahat selama 20 menit mulai dari jarum jam panjang di angka 2 sampai jarum jam panjang di angka 6, di jam 10.05-10.30.

Dari hal kecil ini akan menjadi pembiasaan yang baik, anak-anak akan saling mengingatkan teman gurunya tentang waktu, ketika waktu berbaris/istirahat/ sudah masuk, menghargai waktu, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Menurut Bistak Sirait (2008), bahwa tujuan utama dari sebuah sikap kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Daftar Pustaka

  1. Arikunto, Suharsimi. (1980). Manajemen Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
  2. Anis Ibnatul M dkk. (2013) Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SDN Kuningan 02 Semarang Utara. Journal. UNES.
  3. Bistak Sirait (2008). http://oreniffmilano,wordpress,com/2009/04/03/pengaruhdisiplinbelajar-lingkungan-keluarga-sekolahterhadap-prestasi-belajar-siswa.
  4. Dimas,Rasyid (2005) Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak. Bandung.Syamil Cipta  Media.
  5. Maria J. Wantah. (2005). Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada. Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Konspirasi Alam Semesta

Kata Om Paulo, jika kamu menginginkan sesuatu, alam semesta akan berkonspirasi membantumu untuk meraihnya. Kalau kamu belum merasakan bantuan itu, berarti masih ada keraguan dalam kemauanmu.
Peraihan atau pencapaian sesuatu kadang langsung dan mudah. Tapi lebih sering harus berputar jauh, lama, sulit, melelahkan, mengundang kesal dan amarah, bahkan keputusasaan.


Mimpi adalah target yang selalu bergerak. Kamu dekati, mungkin dia akan menjauh. Kamu coba jauhi, dia akan tetap bersemayam di hatimu. Dengarkan kata hatimu, dan kejarlah mimpi itu. Mimpi itu ada, dan itu milikmu.

The Best of All Possible Worlds

Kata Kakek Voltaire, ini adalah yang terbaik dari semua kemungkinan dunia. Kita harus selalu optimis, tegar menjaga bahwa setiap hal adalah yang terbaik, walaupun di awal (mungkin) kita menganggapnya itu yang terburuk.

Saya jadi ingat dulu. Pulang dari Negeri Sakura selesai sekolah, merelakan tawaran izin tinggal tetap, apartemen yang nyaman, gaji yang tinggi dan berbagai kesempatan yang enjoy-able. Saya memilih menunaikan muamalat saya dengan Negara yang telah menyekolahkan saya.

Pulang ke tanah air, kos di Ibukota di kawasan seberang kantor, di sebuah bilik berdinding triplek berjendela ram kawat kandang ayam di lantai 2. Kamar mandi ada di lantai 1, hanya toilet jongkok dan 1 ember berukuran sedang. Setiap pagi pergi dan malam pulang kerja melewati gang sempit diapit comberan bau di kiri dan di kanan. Kalau kebetulan hari hujan dan gang itu banjir, saya kadang harus merayap seperti seorang spideman, melebarkan kedua kaki dan tangan saya berjalan di dinding-dinding rumah orang yang berada di kiri dan kanan gang sempit itu. Comberan bisa saya hindari namun baunya apa daya.

Saya sempat mengutuk. Pilihan buruk apa yang telah saya ambil, menolak tawaran menggiurkan setelah sekolah bertahun dan meraih gelar tinggi. Namun kemudian saya sadar bahwa itu adalah kemurahan Tuhan, yang menyelamatkan saya dari duri, beling atau paku berkarat yang mungkin saya injak di jalan lain yang bagus dan bebas bau. Itu adalah kemurahan Tuhan yang merelakan saya terhindar dari ujian yang mungkin tak sanggup saya pikul.

Saya mempelajari bahwa semua yang terjadi adalah anugerah, kalau saja kita mampu mensyukurinya. Dan semua yang terjadi mungkin kutukan kalau kita hanya menyerapahinya.

Flow Like a River

Having a dream is like following a river current. We may hit a stone wall and get stuck in a moment like we can’t get out of it. The stuck we get is there for a reason. It may let us have a break to reflect on ourselves or to have ourselves around to recover our integrity, so we can continue this journey of our life –like a river flows surely to the sea.

Lagi-lagi tentang Perubahan

Perubahan adalah salah satu hukum dasar alam. Tidak ada yang tetap, kecuali perubahan itu sendiri. Dampak perubahan berlainan kepada setiap individu atau institusi, bisa favorable, adem dan menyenangkan, bisa juga overheating, gerah dan bahkan mungkin detrimental.

Fokus pada dunia persaingan ekonomi, perubahan di sana sangat hebat, bahkan brutal. Tidak ada kata “belas kasihan” dalam kamus persaingan ekonomi. Semua tentang rantai makanan, rantai pertumbuhan. Yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan akan tumbuh, dan yang tidak, billahi taufiq wal hidayah, wassalaam.

According to Darwin’s Origin of Species, it is not the most intellectual of the species that survives; it is not the strongest that survives, but the species that survives is the one that is able best to adapt and adjust to the changing environment in which it finds itself.

Leon C. Megginson, ‘Lessons from Europe for American Business’, Southwestern Social Science Quarterly (1963) 44(1): 3-13, at p. 4.

Dulu kerajaan-kerajan ekonomi dikuasai perusahaan migas, sekarang berdasarkan nilai pasar (market value), dunia ekonomi dikuasai perusahaan teknologi informasi. Dan para penguasa ini bersaing sangat dahsyat. Dulu Yahoo Messenger menempati “hati” banyak orang, sekarang semua “lari” bersama WhatsApp. Dulu Nokia dalam genggaman tangan banyak orang, beberapa tahun lalu CEOnya menangis, “We did not do anything wrong, but somehow, we lost.” sesaat sebelum mobile and device divisionnya Nokia ditelan Microsoft.


Nothing has ever built to last. One falls another rises. Kalau perubahan adalah hukum dasar alam, maka adaptasi adalah hukum dasar hidup. Yang bisa beradaptasi dan mengelola perubahan dengan baik dia akan bertahan dan tumbuh. Perubahan sering kali tidak diharapkan, tetapi tidak juga untuk dikeluhkan. Perubahan sering kali diibaratkan angin atau gelombang. Perubahan itu untuk dikelola. Seperti seorang pelaut yang selalu mengatur layar perahunya menyesuaikan dengan angin, atau peselancar yang memainkan papannya di atas gelombang. Perubahan harus dikelola agar kita tetap menuju destinasi kita atau agar kita tetap bisa menari bahagia bersama gelombang kehidupan kita.

SEMESTA PERUBAHAN

Kita hidup dalam semesta perubahan. Semuanya berubah, tidak ada yang kekal kecuali perubahan itu sendiri. Panta rhei kata Heraclitus, ―semuanya mengalir.

Perubahan sering kali diibaratkan sebagai hembusan angin, ―tidak selalu favorable atau berpihak. Kadang seperti melawan kita. Ketika hembusan angin tidak berpihak: Mereka yang pesimis akan mengeluhkannya. But whining won’t change it, only make it worse. Mereka yang optimis akan berharap angin berubah arah. But wishing won’t make it so. Mereka yang realis akan menyesuaikan layar dengan angin. Mungkin perlahan. Tapi mereka akan upayakan bahtera tetap menuju destinasi.

Bagi orang aerodinamis, kalau angin melawan wahana atau headwind, itu adalah kesempatan untuk meningkatkan gaya angkat, untuk lepas landas atau untuk terbang lebih tinggi lagi.

Semoga keluarga Hikari merupakan keluarga yang selalu dapat menyikapi perubahan dengan baik. Karena katanya, mereka yang bertahan bukanlah mereka yang paling cerdas, paling kuat, paling cantik atau paling tampan, melainkan mereka yang memiliki watak (karakter), mereka yang dapat menyikapi perubahan dengan baik.

Keluarga Hikari akan selalu semangat, selalu semarak menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran, menyiapkan generasi penerus berwatak mulia dan berpengetahuan dasar yang kokoh, generasi yang bisa menyikapi perubahan dengan baik.

10 hari menuju Ulang Tahun RI ke 74, SDM Unggul Indonesia Maju.

Nature Does not Hurry

There are many things in life that need more time than other things else. Time to grow, time to mature and time to get wise.

Nature does not hurry, yet everything is accomplished.

LAO TZU

From time to time, we need to learn the art of patience, to let life follow its natural course. Forcing or resisting the natural flow of things will cause internal incoherence and will invite external interference. The unnecessary pain then will inevitably come to us and may suffer the people we love.

May patience always be with us and the true force as well.

Great Nations Do Great Things

What makes a nation great? Is it economic wealth? Or military super power across sea, land and air? Or is it the number of Nobel Peace Prizes or Olympic medals?

A nation is nothing more than a collection of people living within a set of physical borders. We can measure the greatness of a nation by seeing the people live there.

What makes people great then? Well, I think it’s not how much money they can make, nor the number of cars or houses they own. But what contributions they have made to their community, to their society. It’s about their generosity. It’s about their ideas, how they changed the world with them, how they made a difference, how they have made profits for the human race, for the next generation.

Have we even tried to make any differences? How hard did we try?

Our ancestors have made many great architecture monuments which we are — as their descendants– able to make many benefits from them. Tourism and its domino effect such as transportation, food industries, lodging, you name it.

Now, what our generation has made that we can offer to our children? Depletion of many natural resources? air and water pollution? Foreign debts?

Ya Rabb, lead us to keep our integrity intact so we can make a difference, make a meaningful contribution and elevate human society to a higher level of coexistence and civilization.

Pengetahuan itu Penting, Tetapi Watak Lebih Penting

Kennis is macht, karakter is meer.
(Knowledge is power, but character is more.)

anonymous

Orang orang bestari dahulu memberikan nasehat:

Berpikirlah yang baik, karena itu akan menjadi perkataanmu.
Berkatalah yang baik, karena itu akan menjadi perilakumu.
Berperilakulah yang baik, karena itu akan menjadi kebiasaanmu.
Peliharalah kebiasaan yang baik, karena itu akan menjadi watakmu.
Milikilah watak yang baik, karena itu membentuk nasibmu.

Untaian kalimat di atas sering diatributkan sebagai perkataan Ralph Waldo Emerson, Lao Tzu, Frank Outlaw, Gautama Buddha, atau Ayahnya Margaret Thatcher. Terlepas siapa yang mengatakan pertama kali sebenarnya. Perkataan itu sangat baik, dan layak untuk dibagikan. Seorang ahli falsafah Yunani, Heraclitus, sebelumnya telah merangkum tulisan di atas secara sederhana, “man’s character is his fate,” (watak seseorang itu, itulah nasibnya).

Watak, atau karakter akan membentuk nasib seseorang secara individu, dan watak pulalah yang menentukan nasib suatu kaum atau masyarakat.

Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka.

QS:13:11

Apabila kita lirik sedikit sejarah, kita tahu begitu banyak peradaban super hebat pada zaman baheula. Mereka bangkit dan runtuh, mereka tidak pernah abadi. Kebanyakan mereka runtuh bukan karena serangan lawan atau ditaklukan musuh secara tiba-tiba. Mereka runtuh karena kerusakan moral dari dalam, perlahan, senyap dan mungkin kurang disadari. Dari perspektif kebangsaan, seorang negarawan Romawi Kuno, Cicero, mengatakan bahwa “within the character of the citizen, lies the welfare of nations,” (Dalam lingkup watak warganegaranya, terletak kesejahteraan suatu bangsa).

Lalu apa watak itu? Watak adalah satu set qualitas sifat kita, seperti kejujuran, kerendahan hati, keberanian, tanggung jawab, keramahan, determinasi ketika menghadapi kesukaran. Watak di sini adalah moral, akhlak, budi pekerti. Nilai-nilai inilah yang perlu ditanamkan pada anak-anak kita, perlu diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bukan nilai A atau 100 untuk suatu bidang ilmu. Karena wataklah kelak yang akan membuat setiap individu mampu memanfaatkan potensinya, mampu mengatasi kekurangannya dan mampu bertahan dalam setiap perubahan.

Dan ingatlah selalu, bahwa Tuhan menurunkan Rosul di setiap jamannya dahulu lebih ke membangun watak dan menyempurnakan akhlak, daripada membangun kepintaran atau yang lainnya. Nabi Musa AS dengan integritasnya, Nabi Ibrahim As dengan komitmennya, Nabi Isa AS dengan kasih sayang dan empatinya, Nabi Muhammad SAW dengan kejujuran dan integritasnya dst.

Page 1 of 2

SEMARAK FOUNDATION