Author: Wiwin Heryani

Evaluasi Hasil Belajar Anak Dengan Tes Menggunakan Aplikasi google form dan Tes Manual secara Online di Kelas 5 (Studi Kasus di kelas 5B)

(Karya tulis ini dalam versi yang lebih lengkap tersedia dalam format pdf di tautan ini.)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya pandemi memacu penggunaan teknologi digital di berbagai bidang begitupun di bidang pendidikan. Berbagai kemudahan didapat dari teknologi ini, baik oleh peserta didik maupun oleh tenaga pendidik. Proses belajar mengajar di era pandemi ini, dilakukan secara daring. Guru mengajar dengan memanfaatkan teknologi melalui penggunaan applikasi zoom, google meet, classroom, dan google form. Teknologi menjadi penolong media pembelajaran di era pandemi ini.

Applikasi google form dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Menurut Brinkerhoff (1986) dalam Haryanto (2020), bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Penggunaan applikasi google form di masa pandemi ini memudahkan guru dalam mengelola nilai peserta didik.

Pasal 57 ayat 2 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, menyebutkan evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang dan satuan dan jenis pendidikan. Evaluasi pembelajaran merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar.

Evaluasi di SD Hikari telah menggunakan applikasi google form semenjak pandemi melanda. Penggunaan applikasi google form menurut Sesana (2020), sangat efektif digunakan dalam pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT), sebesar 70,26% peserta didik suka menggunakan applikasi google Form.

Evaluasi dengan cara tes manual secara online mulai dilakukan ketika ujian sekolah kelas 6 di tahun 2020, soal dibuat dalam bentuk power point, melalui zoom peserta didik diberi waktu mengerjakan setiap soalnya selama 3 menit, jawaban ditulis di buku tulis dan kemudian di kirim ke google classroom. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran ketidakjujuran dari siswa saat mengerjakan ujian dengan menggunakan applikasi google form.

Mulai di tahun pelajaran 2020/2021 evaluasi pembelajaran dengan cara ini diberlakukan saat PTS semester ganjil. Di kelas 5B di ulangan harian tema 1 dan 2 masih menggunakan applikasi google form dan mulai ulangan harian tema 3 dan di PTSdilakukan uji coba dengan menggunakan cara manual. Berdasarkan ke dua cara evaluasi di atas, Apakah ada pengaruhnya terhadap nilai anak, apakah ada kenaikan atau kah penurunan? Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang pengaruh hasil belajar anak dengan menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B.

1.2. Identisikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut sejauhmana pengaruh evaluasi hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B SD Hikari. Yang dimaksud dengan tes manual secara online adalah tes yang dilakukan yang mana soal dibacakan langsung oleh guru dalam bentuk power point melalui zoom, kemudian peserta didik langsung menuliskan jawabannya di kertas, setelah selesai jawabannya di kirim ke google classroom.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut: adakah pengaruh hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap nilai anak di kelas 5B SD Hikari.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui hasil belajar anak yang dilaksanakan di sekolah.
  2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hasil belajar anak dengan tes menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online terhadap hasil belajar anak di sekolah.

Manfaat Penelitian

  1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan proses pembelajaran yang bermutu.
  2. Secara praktis merupakan sumbangan pemikiran bagi guru sekolah, dan pengelola pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Mudjiono (2006) adalah hasil dari interaksi tindak belajar murid dan tindak mengajar yang dilakukan oleh Guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari proses belajar dengan meningkatnya kemampuan. Sedangkan menurut Sudjana, (2010) “bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (2010), menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.

Menurut Slameto (2010) ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor Internal meliputi faktor jasmani, psikologis, kelelahan dan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan menurut syah (2015) ada 3 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu (1) faktor internal meliputi aspek pisiologi yaitu kondisi kesehatan dan aspek psikologis meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi (2) faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial dan (3) faktor pendekatan belajar.

2.2. Evaluasi Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.

Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Dengan kata lain, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. (Ratna wulan, Rusdiana, 2014). Evaluasi itu mencakup pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan tes (testing).

Berdasarkan uraian di atas maka evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, salah satunya dengan melakukan tes.

2.3 Tes

Tes (testing) berasal dari kata Latin testum yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat.

Dalam pandangan secara psikologis ini, Miller, seperti yang dikutip oleh Sukiman (2012), menggambarkannya secara lebih teperinci, yaitu bahwa tes merupakan sebuah instrumen penilaian formal yang digunakan untuk menilai kemampuan kognitif peserta didik dalam suatu mata pelajaran seperti halnya untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang kemampuan psikomotor peserta didik (keterampilan fisik) dan karakteristik afektif (seperti sikap, emosi, minat, dan nilai-nilai). Pada dasarnya tes adalah sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur sebuah sampel perilaku dengan mengajukan seperangkat pertanyaan dalam suatu cara yang seragam (Haryanto, 2020).

Menurut Overton (2011) dalam Haryanto (2020), jika dikaitkan dengan pembelajaran anak didik, tes adalah sebuah metode untuk menentukan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan terhadap suatu keterampilan atau kandungan pengetahuan. Sebagian bisa berupa tes pilihan ganda, atau tes pelafalan. Ketika digunakan secara berkaitan dengan penilaian (assessment), atau bahkan evaluasi, tes bisa dibedakan dengan fakta bahwa sebuah tes adalah satu bentuk dari penilaian (assessment).

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Hikari kelas 5B yang terletak di Kampung Koceak Kelurahan Keranggan kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Profinsi Banten.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di semester ganjil Tahun pelajaran 2021/2022 mulai bulan Juli-September 2021.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5, khususnya kelas 5B dengan jumlah peserta didik 31 orang.

3.4. Metode Penelitian

Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Data primer diambil dari hasil penilaian harian dan penilaian tengah semester tema 1 dan 2. Penilaian harian tema 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan applikasi google form sedangkan penilaian tengah semester ganjil dilakukan dengan tes manual secara online. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber buku dan laporan hasil penelitian. Data diolah dan dianalisa secara deskritif.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk penilaian harian (PH) tema 1 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 mencapai 77%. Di penilaian harian tema 2 peserta didik yang mendapatkan nilai di ≥ 90 hanya mencapai 16%. Untuk nilai rata-rata penilaian harian tema 1 dan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 sebanyak 35%.

Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan nilai rata-rata penilaian harian Tema 1 dan 2. Nilai rata-rata penilaian harian tema 1 mencapai 93,39 sedangkan nilai rata-rata penilaian harian tema 2 mencapai 76.6, nilai penilaian harian tema1 lebih besar dibandingkan dengan penilaian harian tema 2. Hal ini disebabkan pada penilai harian 2 ada 2 soal yang tidak terjawab dengan tepat oleh peserta didik berdasarkan data di google form. Yaitu di no. 1 soal IPA peserta didik yang menjawab dengan tepat hanya 6 orang dari 31 orang dan soal no. 6 untuk soal IPS peserta didik yang menjawab dengan tepat dan hanya 8 orang dari 31 orang.

Gambar 1 Nilai rata-rata penilaian harian (PH).

Gambar 1 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai penilaian harian tema 1 peserta didik lebih baik dibandingkan dengan penilaian harian tema 2. Hal ini disebakan di penilaian harian 2 ada 2 soal yang tidak dijawab dengan tepat oleh peserta didik dengan baik, yaitu di soal no. 1 hanya 19% yang menjawab dengan tepat dan di soal no. 6 26% peserta didik yang menjawab dengan tepat.

Sedangkan untuk penilaian tengah semester tema 1, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 mencapai 52%. Di penilaian tengah semester tema 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 hanya mencapai 55%, terdapat kenaikan nilai sebesar 3%. Untuk nilai rata-rata penilaian harian tema 1 dan 2 peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 90 sebanyak 52%. Jika di lihat dari nilai rata-rata nilai PTS tema 1 mencapai 87 dan nilai rata-rata PTS tema 2 mencapai 91 sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2 Nilai rata-rata penilaian tengah semester (PTS).

Dari hasil penelitian mengenai penilaian harian (PH) dan penilaian tengah semester (PTS), perbandingan nilai rata-rata diperoleh sebagai berikut: nilai rata-rata tema 1, nilai PH lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PTS, sedangkan di tema 2, nilai PTS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PHnya. Hal ini disebabkan nilai hasil belajar anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal anak.

KKM yang diterapkan di sekolah Hikari untuk 5 mata pelajaran dalam tema yaitu IPA, Bahasa Indonesia dan PKN masing-masing adalah 75, sedangkan untuk KKM IPS dan SBDP adalah 70, dari tes tema 1 dan 2 diperoleh nilai rata-rata KKM untuk ke 5 mata pelajaran tersebut berdasarkan KD yang diujikan sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai KKM Berdasarkan Kompetensi Dasar.

Dari Tabel terlihat perolehan nilai rata-rata KKM berdasarkan KD di kelas 5B lebih tinggi dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk ke 5 mata pelajaran. Untuk standar penilaian di Sekolah Hikari dibagi menjadi 4 skala yaitu:

Tabel 2 Standar Nilai.

Berdasarkan kemampuan peserta didik maka dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok dengan kemampuan tinggi, menengah, dan bawah, diperoleh nilai rata-rata untuk nilai PH dan PTS tema 1 dan 2 sebagai berikut:

Tabel 3 Rata-rata Nilai PH dan PTS Tema 1 dan 2 Berdasarkan Kelompok.

Gambar 3 Nilai Rata rata PH dan PTS Tema 1 dan 2 Berdasarkan Kelompok

Gambar di atas memperlihatkan bahwa nilai rata-rata PTS untuk ke 3 kelompok, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PH. Dari tabel dan grafik juga terlihat adanya kenaikan perolehan nilai bagi ke 3 kelompok, hal ini disebabkan peserta didik sudah lebih siap, sudah mempunyai pengalaman dalam mengerjakan soal-soal tema sebelumnya dan juga adanya bentuk pengulangan soal.

4.2 Pembahasan

Dari data yang diperoleh hasil belajar anak dengan menggunakan applikasi google form dan tes manual secara online tidak memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan hasil belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Menurut Clark dalam Sudjana (2010), yang mana faktor internal 70% sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Hal yang sama diutarakan oleh Slameto (2010) dan Syah (2008) bahwa faktor internal dan eksternal mempengaruhi hasil belajar anak. Faktor Internal, faktor psikologis peserta didik yang meliputi intelegensi, minat, bakat kematangan dan kesiapan mempengaruhi hasil belajar. Begitu pun dengan faktor kondisi kesehatan peserta didik, ketika tes kondisi peserta didik dalam kondisi fit hasil belajar akan maksimal. Begitu pun dengan faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial dan faktor pendekatan belajar, mempengaruhi hasil belajar anak.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Studi kasus mengenai perbandingan evaluasi hasil belajar dengan tes menggunakan google form dan tes manual secara daring telah dilakukan, beberapa simpulan dapat ditarik sebagai berikut:

  • Hasil belajar anak tidak dipengaruhi oleh jenis tes yang digunakan, karena hasil tes dengan tes menggunakan applikasi google form dan dengan tes manual secara online memperlihatkan nilai hasil belajar yang tidak jauh berbeda.
  • Kekhawatiran akan anak tidak jujur dalam mengerjakan tes dengan menggunakan applikasi google form sangat tidak mendasar. Apapun bentuk tes yang dijalani, faktor internal yaitu psikologis dan kesehatan, serta eksternal seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat sangat mempengaruhi nilai hasil belajar anak.

5.2. Saran

Sebaiknya selama pembelajaran daring bentuk tes dengan menggunakan applikasi google form kembali digunakan oleh SD Hikari. Penggunaan applikasi google form memudahkan guru dalam merekap hasil tes siswa dan mempersingkat waktu dalam mengoreksi soal serta menghemat dalam penggunaan kertas.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dimyati, Mudjiono (2006), Belajar dan pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta.
  2. Haryanto (2020), Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan Manajemen), Yogyakarta, UNY Press.
  3. Syah, Muhibbin (2015), Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya.
  4. Sudjana, Nana (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
  5. Sesana (2020), Efektifitas Penggunaan Apllikasi Google Form dalam Pelaksanaan PaT Berbasis Online di SMKN 1 Tembuku Jurnal Balai diklat keagamaan Denpasar Vol. 3.
  6. Sukiman (2012), Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta. Insan Madani.
  7. Slameto (2010), Belajar dan Faktor –Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta Rineka Cipta.
  8. Ratna wulan, Rusdiana, (2015), Evaluasi Pembelajaran, Bandung, Pustaka Setia.

Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu guru di dalam menyampaikan materi mempunyai peran yang sangat penting. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belaja rmengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.
Lingkungan sekitar sekolah, lingkungan masyarakat sekitar sekolah dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Lingkungan sebagai media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan. (Sudjana, 2010).
Menurut Musaada (2021), beberapa keuntungan lingkungan sebagai media pembelajar antara lain:

  1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan dibandingkan dengan hanya duduk di kelas selama berjam-jam, sehingga membuat motivasi belajar siswa akan lebih tinggi
  2. Hakikat belajar akan lebih bermakna dikarenakan siswa dihadapkan langsung dengan keadaan yang sebenarnya yang bersifat alami
  3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat, dsb.
Gambar 1 Cerdas ceria anak-anak Hikari

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran diterapkan di kelas 1 pada tahun 2017. Dalam pembelajaran PLH mengenai sampah. Anak-anak diajak menyusuri jalan di mulai dari lingkungan sekolah sampai di tempat tujuan di Lubana, serpong Lagoon. Melewati jalan yang terdapat sungai kecil, sepanjang perjalanan diskusi dan penyampaian materi diberikan secara ringan kepada anak-anak.

Gambar 2 Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan tema air.

Di tahun 2018 di kelas 2, penerapan lingkungan sebagai media pembelajaran dilakukan kembali masih dalam mata pelajaran PLH tentang air. Kali ini anak-anak diajak berkeliling di kawasan perumahan Citra Prima 2 yang terletak persis di bawah Sekolah. Memperkenalkan sumber-sumber air yang digunakan oleh sekolah dan masyarakat sekitar, pada saat itu masyarakat sekitar sedang kesulitan air bersih bertepatan saat musim kemarau. Anak-anak diajak melihat sumur umum tempat pengambilan air bersih dan bagaimana masyarakat memanfaatkan fasilitas tersebut.

Gambar 3 Pembelajaran tentang uang sebagai alat tukar.

Masih di tahun dan kelas yang sama, di pembelajaran tema tentang uang diterapkan kembali. Untuk lebih memahami tentang uang, belajar mengelola uang dan bertanggung jawab anak-anak diajak berbelanja di Pasar Modern BSD 2. Anak-anak dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, diberi uang belanja dan diberi tugas belanja yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran, membuat pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan, bersifat faktual, dan anak-anak mendapatkan pengalaman secara langsung yang lebih bermakna.
Pembelajaran di luar lingkungan kelas memerlukan perencanaan. Alangkah baiknya anak-anak diajak dilibatkan dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga anak-anak merasa dihargai. Selama berlangsung guru bisa melihat sikap, etika sopan-santun anak-anak ketika berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya dan ketika ada sikap anak-anak yang tidak sesuai dengan norma guru segera meluruskannya.

Daftar Pustaka

  1. Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung. Alumni.
  2. Musaada, Rohmatul 2021, kompasiana, diakses 26.11.2021.
  3. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Jurnal Kelas 1A: Displin Waktu

Ada 18 nilai dalam Pendidikan karakter yang dikembangkan, salah satunya adalah disiplin. Disiplin, mempunyai arti ketaatan/kepatuhan pada peraturan tata tertib (KBBI).   Menurut Suharsimi Arikunto (1980), Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak luar.

Bentuk disiplin yang biasa dilakukan di sekolah adalah ketepatan datang ke sekolah, mengumpulkan tugas, kelengkapan seragam dan atribut dll. Bentuk-bentuk disiplin tersebut masuk ke dalam tata tertib yang berlaku di sekolah pada umumnya. Peraturan sekolah bertujuan untuk ketentraman, keharmonisan di dalam lingkungan sekolah. Demikian pula di Sekolah mempunyai aturan-aturan dan tata tertib. Misalnya, peraturan mengenai penggunaan seragam sekolah, jam belajar dan jam istirahat, dan lain-lain (Maria J Wantah, 2005).

Kedisiplinan siswa ini dapat dicapai dengan jalan melalui pembiaasan. Pembiasaan adalah membiasakan anak untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi (Dimas, 2005). Anis Ibnatul M, dkk (2013) mengatakan bahwa pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Dengan hal yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus maka diharapkan dapat mengubah sikap dan prilaku anak sehingga menjadi pembiasaan.

Pembiasaan disiplin di kelas 1A dikenalkan sambil mengenalkan konsep waktu. Yaitu dengan menyebutkan durasi waktu misalkan 5 menit, ditunjukkan dari jarum jam pendek di angka 7 dan panjang dari angka 1 sampai ke angka 2. Adapun hal-hal yang biasa di lakukan di kelas 1A dalam mengenalkannya diantaranya.

  • Berdoa bersama di depan kelas, 5 menit sebelumnya sudah siap, yaitu di jarum jam pendek di angka 7 dan jarum jam panjangnya menunjukkan ke angka 5 atau di jam 07.25 anak-anak sudah siap berbaris di depan kelas untuk berdoa bersama.
  • Operasi semut di jam istirahat, selama 5 menit, yaitu di mulai dari jarum jam pendek di angka 10 dan jarum jam Panjang di angka 12 (tepat jam 10) sampai di jarum jam panjangnya menunjukkan angka 1, atau dari pukul 10.00-10.05.
  • Istirahat selama 20 menit mulai dari jarum jam panjang di angka 2 sampai jarum jam panjang di angka 6, di jam 10.05-10.30.

Dari hal kecil ini akan menjadi pembiasaan yang baik, anak-anak akan saling mengingatkan teman gurunya tentang waktu, ketika waktu berbaris/istirahat/ sudah masuk, menghargai waktu, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Menurut Bistak Sirait (2008), bahwa tujuan utama dari sebuah sikap kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Daftar Pustaka

  1. Arikunto, Suharsimi. (1980). Manajemen Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
  2. Anis Ibnatul M dkk. (2013) Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SDN Kuningan 02 Semarang Utara. Journal. UNES.
  3. Bistak Sirait (2008). http://oreniffmilano,wordpress,com/2009/04/03/pengaruhdisiplinbelajar-lingkungan-keluarga-sekolahterhadap-prestasi-belajar-siswa.
  4. Dimas,Rasyid (2005) Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak. Bandung.Syamil Cipta  Media.
  5. Maria J. Wantah. (2005). Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada. Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

SEMARAK FOUNDATION